Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) ke-X Partai Golkar, Jakarta, Selasa (3/12/2019). (Sumber: CNN
Indonesia/Adhi Wicaksono)
TERUSTERANG—Musyawarah
Nasional (Munas) ke-X
hari kedua (04/11/2019) Partai Golongan Karya
(Golkar)
menyisakan dua kandidat calon ketua umum (caketum).
Mereka adalah Airlangga
Hartarto dan Ridwan Hisjam.
Empat calon lain
batal maju karena dinilai tidak memenuhi syarat atau mundur. Sementara tiga
calon mundur, termasuk calon kuat Bambang Soesatyo atau Bamsoet.
Komite Pemilihan
sebelumnya menggugurkan empat dari sembilan nama bakal caketum Golkar
yaitu Indra Bambang Utoyo, Derek Lopatty, Achmad Annama, serta Aris Mandji.
Komite Pemilihan menyatakan keempat nama itu tidak memenuhi syarat sebagaimana
telah dicantumkan dalam formulir pendaftaran.
Tiga caketum
yang mundur adalah Bambang Soesatyo, Agun Gunandjar Sudarsa, serta Ali Yahya.
Ketiganya memilih mundur dari pencalonan beberapa jam sebelum Munas X Golkar
dibuka kemarin. Bamsoet mengundurkan diri setelah berdiskusi dengan tokoh-tokoh
senior Golkar, seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Akbar Tandjung, Aburizal
Bakrie, dan Agung Laksono. Ketua MPR itu memilih mundur dari bursa caketum
Golkar demi menjaga kondusifitas situasi politik nasional.
"Situasi
nasional politik yang kondusif guna menjaga harapan, (harus) kita
perjuangkan," katanya kepada wartawan usai pertemuan di Kantor Kemenko
Maritim, Jakarta, Selasa (3/12/2019)
dikutip dari cnnindonesia.com.
Bamsoet membantah
pengunduran dirinya karena ada intervensi Presiden Joko Widodo. Sementara itu,
Agun mengungkapkan alasannya mundur karena mendapat jaminan dari kubu Airlangga
bahwa hal yang akan diperjuangkannya akan diterapkan. Agun mendapat jaminan
bahwa pada kepemimpinan Golkar periode mendatang segala keputusan partai akan
dilakukan secara kolektif kolegial, tidak secara sepihak.
"Kalau ada
jaminan dari pemimpin yang akan terpilih lima tahun ke depan akan menjalankan
mekanisme demokrasi berarti tujuan saya sudah tercapai. Saya (putuskan) mundur,
untuk apa saya lanjutkan," kata Agun di arena Munas X Golkar, Selasa (3/12/2019).
Sedangkan,
alasan Ali mundur dari bursa caketum Golkar belum diketahui. Ia juga belum
memberikan pernyataan secara resmi terkait statusnya tersebut. Kabar
pengunduran diri Ali baru disampaikan Ketua Pelaksana Munas X Golkar Adies
Kadir.
"Ali Yahya
juga sudah mundur," ujar Adies di arena Munas X Golkar, Selasa (3/12/2019).
Kini pertarungan
bakal caketum Golkar tinggal menyisakan Airlangga dan Ridwan. Sebelum
ditetapkan sebagai caketum, mereka harus melewati tahap penjaringan terlebih
dahulu.
Baca juga: Anies Baswedan Hadiri Reuni 212 di Monas
Pada tahapan
tersebut, masing-masing bakal caketum diwajibkan dukungan sebesar 30 persen
dari pemilik hak suara. Pemilik suara sah dalam pemilihan caketum ialah 34 DPD
tingkat I (provinsi), 514 DPD tingkat II (kabupaten atau kota), satu suara Dewan Pimpinan Pusat (DPP), satu suara Dewan
Pembina, dan 10 ormas sayap partai. Sehingga total suara yang diperebutkan
berjumlah 560.
Airlangga adalah
sosok petahana. Ia terpilih menjadi Ketum Golkar dalam Munas Luar Biasa
(Munaslub) yang digelar pada 2017 silam. Ia menggantikan Setya Novanto yang
kala itu terjerat sebagai tersangka dalam kasus korupsi Kartu Tanda Penduduk
elektronik (e-KTP).
Selama menjabat
sebagai ketum Golkar, Airlangga juga menjalankan amanat Jokowi sebagai Menteri
Perindustrian periode 2016-2019, kemudian Menteri Koordinator bidang
Perekonomian periode 2019 hingga saat ini.
Sementara Ridwan
adalah sosok yang menjabat sebagai Ketua DPP Golkar saat ini. Karier politik
Ridwan dimulai saat usianya menginjak 40 tahun setelah diajak oleh Akbar
Tandjung. Ridwan kemudian menjadi pengurus DPD Golkar Jawa Timur sejak 1999
hingga 2005.
Selain sebagai
Ketua DPP Golkar, Ridwan juga menduduki kursi DPR periode 2019-2024.
Ridwan pun tercatat
pernah mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur Jawa Timur berpasangan
dengan Sutjipto pada 2008. Namun, duet Sutjipto-Ridwan langsung tumbang di
putaran pertama. Pilkada Jawa Timur 2008 pun akhirnya dimenangkan oleh pasangan
Soekarwo-Saifullah Yusuf.
Penulis :
Indriana Mega Kresna
Editor :
Nasy’ah Mujtahidah Madani
0 Comments