Kemeriahan
XD Entertainment saat mengisi acara Diplonary. (1/12/2019). (Sumber: Humas UNS)
TERUSTERANG–
Kesempatan berharga didapat oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta dalam ajang Diplonary 2019. Seminar nasional dan talkshow yang digelar oleh Himpunan
Mahasiswa Diploma (HMD) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS
tersebut mengundang kreator XD Entertainment, Andreas Prasetya Putra dan
Muhammad Shahabi Sakri untuk berbagi pengalaman dan ilmu seputar dunia Youtube.
Andreas Prasetya
Putra atau yang biasa disapa Andreas mengatakan bahwa karier yang ia bangun
bersama XD Entertainment benar-benar dimulai dari nol. Ia juga mengaku saat
merintis saluran Youtube-nya tersebut, ia belum memiliki peralatan apapun.
“Kita ini di XD
Entertainment beda dengan channel Youtube
lain yang lebih utamain views. Kalo kita lebih utamain production value. Di XD Entertainment
ini kita mulai berkarir tanpa alat-alat apapun. Dan, gue sebagai anak hukum banyak yang harus dipelajari. Mulai dari
kamera sampai penataan lampu,” ujar Andreas.
Dihadapan
mahasiswa-mahasiswi UNS yang hadir di Gedung Auditorium G. P. H Haryo Mataram,
Minggu (1/12/2019), Andreas sempat menyinggung kebiasaan tidak produktif
anak-anak milenial dijaman sekarang.
Baginya, kebiasaan
tidak produktif tersebut acapkali diucapkan untuk menghambat potensi generasi
milenial dalam berkarya. Padahal, bila kebiasaan tidak produktif tersebut
diganti dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, generasi milenial dapat lebih
banyak belajar dan mengisi rutinitas mereka dengan seuatu yang produktif.
Sebagai kreator XD
Entertainment, Andreas tidak melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa dalam
kegiatan perkuliahan. Meski memiliki deadline
untuk menggarap film pendek, ia mengaku tetap bisa aktif berorganisasi dan
mengikuti berbagai macam kompetisi.
“Ya, kuliah sama
Youtube (saluran Youtube XD Entertainment) gue
tetep jalan. Masih ikutan lomba-lomba juga, kok.
Jadi, membuat konten tanpa harus mengorbankan kuliah,” sambungnya.
Saat ditanya
mengenai cara membuat konten yang disukai oleh penonton, Muhammad Shahabi Sakri
menjawab bahwa untuk mengetahui keinginan dan minat penonton di Youtube perlu
keberanian untuk mencoba.
“Kalau itu sih kita harus banyak coba-coba dalam
arti kita tes pasar gimana gak cuma sekali. Mungkin kalian lihat
orang lain sekali buat langsung jadi. Tapi jangan jadiin itu patokan,” ujar Shahabi.
Saat ditanya
mengenai prospek industri kreatif (termasuk dunia Youtube) dalam kurikulum
pendidikan Indonesia saat ini, kedua konten kreator ini punya pendapat yang
berbeda. Andreas menngatakan bahwa ia mendukung generai milenial untuk dapat
menelurkan karya-karya, namun juga harus diimbangi dengan sistem pendidikan
yang ramah terhadap pekerja seni.
Sedangkan, Shahabi
berpendapat bahwa dengan kurikulum yang ada saat ini seharunsya tidak menjadi
alasan bagi pelajar untuk tidak berkembang. Baginya, alasan untuk tidak
berkembang tersebut muncul akibat pelajar Indonesia yang terlalu banyak
mengeluh daripada memilih berusaha untuk membuat karya.
Dengan hadirnya,
kedua konten kreator tersebut diharapkan dapat memberikan dampak dan semangat
positif kepada mahasiswa-mahasiswi UNS untuk berani menghasilkan karya dalam memberikan
kontribusi nyata kepada generasi milenial dan masyarakat.
Penulis: Vivaldi
Maulana Zhafran (Liputan sendiri).
0 Comments