Poster
acara Festival Film Dokumenter. (Sumber: TirtoID)
TERUSTERANG—Sejak
perhelatan pertamanya pada tahun 2002 silam, Festival Film Dokumenter (FFD)
hadir kembali di tahun ke-18 dengan semangat yang baru. FFD tahun ini mengusung
misi inklusif agar dapat menyediakan ruang pemutaran yang aman serta dapat
dinikmati oleh berbagai kalangan.
Misi tersebut merupakan realisasi dari sebuah gerakan sosial #SinematikNggakHarusToxic
yang berusaha menghapus kekerasan seksual dalam komunitas film di Indonesia.
Gerakan tersebut terus dikumandangkan lantaran kasus kekerasan seksual yang
terjadi di Indonesia, khususnya dalam lingkup komunitas film, masih terus
terjadi.
Salah satu hal baru yang diinisiasi dalam perhelatan Festival Film
Dokumenter tahun ini adalah tersedianya hotline untuk pengunjung yang
mengalami pelecehan seksual selama festival berlangsung. Inisiasi
tersebutdiharapkan dapat memberikan ruang pemutaran yang aman bagi pengunjung.
“Tahun ini FFD ingin menjadi festival bagi semua kalangan yang
inklusif serta menjadi ruang aman bagi pengunjungnya,” ujar Henricus Priadi
Taman Budaya Yogyakarta, salah satu venue di mana pemutaran film dan
diskusi berlangsung.
Selain tersedianya hotline selama festival, FFD juga menempatkan
banner yang mengedukasi perihal kekerasan seksual secara fisik maupun
verbal serta memutarkan bumper sosialisasi #SinematikNggakHarusToxic
sebelum penayangan film. Penggunaan media yang dinilai kreatif dan efektif pun
menjadi daya tarik tersendiri bagi Festival Film Dokumenter tahun ini.
Penulis : Yosua Bangun Imantaka (Liputan Langsung)
Editor : Nasy’ah Mujtahidah Madani
0 Comments