Surya Paloh Ciptakan Poros Politik Baru Bersama PKS

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul iman (kanan) usai menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, DKI Jakarta, Rabu (30/10/2019). (Sumber: Dok. Puspa Perwitasari Antara Foto)


TERUSTERANG—Pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, Rabu (30/10/2019), memberi sinyal koalisi parpol pendukung pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mulai rapuh.

Dalam pertemuan yang digelar di kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, keduanya sepakat untuk memperkuat sistem check and balance atau fungsi pengawasan terhadap pemerintah di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partai Nasdem yang menjadi bagian dari koalisi pendukung pemerintah dianggap bermanuver dan berupaya membangun poros politik baru.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diusung dan berkoalisi dengan NasDem, mengaku tak ada masalah dengan manuver Partai Nasdem. Sikap ini mendapat kritik dari salah satu mitra koalisinya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI-P).

Kunjungan Nasdem ke kantor DPP PKS berlangsung pada Rabu (30/10) sore. Ketua Umum Nasdem Surya Paloh datang didampingi elite NasDem lainnya, seperti Sekjen Nasdem Johnny G Plate, Bendum Ahmad Ali, Ketua DPP Rachmad Gobel, dan anggota Majelis Tinggi Lestary M.

Rombongan Nasdem disambut oleh elite-elite PKS, di antaranya Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri, Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen PKS Mustafa Kamal, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, dan Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini.

"Kami meminta kepada semua partai koalisi untuk taat asas, untuk menjaga sikap dan tindakan yang etis sebagai partai koalisi pemerintahan," ujar Arif saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Wakil Sekjen PDI-P Arif Wibowo mengingatkan agar Nasdem tidak mempraktikkan politik dua kaki dengan menjajaki kerja sama dengan PKS.

"Dengan demikian, setiap partai koalisi pendukung pemerintah seharusnya tidak boleh (mempraktikkan) politik dua kaki," ucap dia.  Menurut Arif, semua parpol koalisi memiliki kewajiban untuk mengawal pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin supaya dapat berjalan dengan baik.

Sementara itu, Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus menilai pertemuan antara Surya Paloh dan Sohibul Iman tidak bisa dilepaskan dari kontestasi Pilpres 2024.

"Tentunya ini kan terkait dengan 2024, ini sudah jelas 2024 itu siapa ke mana. Langkah-langkah itu yang mungkin dilakukan oleh Pak Surya Paloh," ujar Lodewijk.

Pertemuan yang berlangsung 60 menit ini menghasilkan beberapa kesepahaman. Poin pertama, berjuang bersama-sama dalam memperkuat fungsi pengawasan di DPR. Kedua, partai menghargai pilihan politik masing-masing, tapi tetap berjuang bersama memperkuat demokrasi.

Poin kedua, kesepahaman antara PKS dan Nasdem ialah soal kedaulatan NKRI. Mereka juga tidak akan memberi tempat untuk separatisme hingga radikalisme, serta tidak memberikan tempat kepada tindakan separatisme, terorisme, radikalisme, intoleransi, dan lainnya yang bertentangan dengan empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketiga, PKS dan Nasdem menyadari bangsa ini diperjuangkan oleh para pendiri bangsa dari kelompok nasionalis dan kelompok Islam. PKS dan Nasdem ingin generasi penerus dari kedua pendiri bangsa itu melanjutkannya. Tak hanya itu, bahkan Nasdem juga merencanakan pertemuan dengan PAN, yang juga merupakan oposisi dari Jokowi.



________________________________________________________________________


Sumber:



Penulis & Editor: Nasy’ah Mujtahidah Madani

Post a Comment

0 Comments